KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan .laporan lengkap ilmu dan teknologi benih yang menjadi syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu tersusunnya laporan ini baik
kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam pembelajaran mata
kuliah teknologi benih. Dan saya juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
sempurnanya laporan ini.
Palu
, juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...3
2.2 Tujuan dan Kegunaan……………………………………………………...4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Identifikasi
Kecambah/Bibit Normal Dan Abnormal…………………6
2.2 Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam…………..8
2.3 Pengujian Kadar Air Benih…………………………………………….9
2.4 Metode Pengujian Benih……………………………………………….11
III.
METODOLOGI
3.2
Alat dan Bahan…………………………………………………………12
3.1
Tempat dan Waktu…………………………………………………….12
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………………………....15
4.2 Pembahasan…………………………………………………………….19
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan……………………………………………………………..23
5.2 Saran……………………………………………………………………23
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bidang pertanian
sering mendengar istilah Benih atau Bibit.Pengertian bibit atau benih secara
umum adalah jenis varietas tanaman yang di anggap bagus dengan criteria
tertentu untuk di tanam serta bisa menghasilkan produksi yang baik di saat
panen. Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman
muda, kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga
berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih
dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman,
jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih
berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun,
dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa.
Benih adalah salah satu bagian yang kecil dari
tanaman. Tetapi meskipun begitu, benih memiliki peran besar bagi tumbuhan.
Tanpa adanya benih, kehidupan suatu tumbuhan tidak akan berlangsung. Benih
merupakan bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan
dengan sel gamet betina. Jika digunakan bukan untuk perbanyakan, maka disebut
sebagai biji. Jadi secara fungsional, benih adalah bagian dari tanaman yang
digunakan untuk perbanyakan, sedangkan secara struktural benih diartikan
sebagai bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan
dengan sel gamet betina (pembuahan) (Kurniawati, D., 2010).
Benih ialah
cabang ilmu pertanian dalam arti lus yang mempelajari semua usaha
memanifulasikan faktor-faktor alami dan hayati sehingga menghasilkan produksi
tanaman yang maksimum dan lestari.
Agronomi dalam pengertian demikian akan ditemui di pot kembang, ruma
kaca, pekarangan, kebun, sawah, hutan, ladang, baik pada media tanah, pasir,
maupun air, bahkan udara. Dengan variasi
lahan yang begitu besar, kaidah agronomi pun diberlakukan meski itu ditujukan
dalam agrostologi maupun silvikultur.
Dalam konteks agronomi yang demikian, ilmu benih tidak sebatas dengan
apa spesies tanamannya, baik atas dasar stratifikasi siklus berproduksinya,
melainkan pada wawasan segi subjeknya.
Ilmu benih mencakup segala ilmu yang relavan dengan perilaku benih, baik
ketika masih dibentuk pada tanaman atau pohon induknya maupun ketika sudah
ditangani atau disimpan setelah dipanen atau telah gugur dari pohon induknya
(Elisa, 2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari Praktikum Ilmu dan
Teknologi Benih Tentang mengidentifikasi kecambah/bibit
normal dan abnormal, mengamati tipe perkecambahan benih dengan bagian-bagiannya
dalam hubungannya kedalaman tanam, membandingkan pengujian kadar air benih
secara langsung dengan menggunakan oven suhu tinngi (105oC) dan tidak langsung
dengan moisture tester Dok 400, mahasiswa mengenal berbagai metode pengujian
benih dengan metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat kertas
merang dan metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat
pasir/tanah.
Kegunaan dalam melakukan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini adalah agar praktikan dapat
mengidentifikasi susunan morfologis dan anatomi berbagai benih yang selanjutnya
mengamati bentuk masing-masing perkecambahannya, dapat mengidentifikasi
kecambah normal dan abnormal, dapat mengamati perkecambahan benih dengan
bagian-bagian dalam hubungannya kedalaman tanam serta dapat membandingkan
pengujian benih secara langsung dan tidak langsung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi
Kecambah Normal Dan Abnormal
Benih yang baik akan muncul kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak,
rendah kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau
abnormal. Kerusakan benih dapat terlihat nyata ( retak kulit, mengelupas atau
biji pecah ). Tapi kadang terlihat kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan
benih dapat diketahui setelah benih berkecambah abnormal. Daya tumbuh minimal bersertifikat adalah 80%
pada padi dan kedelai serta 90% untuk jagung. Sedangkan pada benih bina adalah
60 % (Zhye, 2009).
Kecambah bibit abnormal adalah bibit yang tidak mempunyai syarat sebagai
bibit normal. Abnormalitas dapat terjadi pada plamula terbelah, kerdil, akar
tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar
seluruhnya. Dapat juga plamula dan akar tumbuh melingkar – lingkar ( spiral ).
Pada legume abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hypocotil pendek, menjadi
tebal atau belah, dan akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan
epikotil busuk atau rusak (Ross, 2009).
Pengamatan dan penilaian dalam
mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara
fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih
pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat
diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya
tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan
mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek
penampilan kecambah (Gilang, 2009).
Direktur jendral tanaman pangan ( 2005), menyatakan jika kecambah telah
mencapai fase perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi
berdasarkan struktur penting dan dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau
abnormal. Terkadang di perlukan dua atau lebih perhitungan ulang secara
berturut – turut, sebelum semua benih berkecaambah dan mencapai fase
perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang, lemah, tidak
seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir.
Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal, peraturan
ISTA memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang. Kecambah yang busuk
atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan perhitungan antara, agar
mengurangi resiko infeksi sekunder.
Untuk evaluasi perkecambahan dapat dibagi menjadi 4 katagori yang harus diperhatikan ( Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian, 2006 ), antara lain adalah sebagai berikut : Kecambah normal, kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting yang berkembang dengan baik, seperti akar semi primer dan semi skunder terlihat jelas. Kecambah abnormal, kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecaambah normal. Yang tergolong kecambah tidak normal seperti, kecambah rusak, kecanbah cacat atau tidak seimbang, kecambah busuk dan kecambah lambat.
Untuk evaluasi perkecambahan dapat dibagi menjadi 4 katagori yang harus diperhatikan ( Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian, 2006 ), antara lain adalah sebagai berikut : Kecambah normal, kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting yang berkembang dengan baik, seperti akar semi primer dan semi skunder terlihat jelas. Kecambah abnormal, kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecaambah normal. Yang tergolong kecambah tidak normal seperti, kecambah rusak, kecanbah cacat atau tidak seimbang, kecambah busuk dan kecambah lambat.
2.2 Hubungan Tipe
Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam
Menurut
Ghoziyah (2009), baik pada monokotil maupun dikotil, perkecambahan dapat
berjenis hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit
biji dan tetap berada di dalam tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping
biji terangkat keatas permukan tanah oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada
perkecambahan hypogeal biji serta skulentum tetap berada dibawah permukaan
tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan menembus perikarp dan
kemudian akan menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi
oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu di dorong keatas oleh ruas ( internodus )
pertama, namun pada gandum pucuk terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas (
internodus ), kedua, ruas diatas nodus koleoptil.
Hubungan antara media tanam dengan kecepatan perkecambahan
adalah: Daya intermolekul
merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin
rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji berbanding terbalik
dengan kecepatan penyerapan air. Hal ini
menyebabkan biji Kacng Hijau akan sulit untuk berkecambah karena media tanam
bertekstur pasir sangat mudah diolah, media jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat
rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat menghambat
kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban (Ghoziyah
2009)
Setiap media tanam selalu memiliki daya intermolekul (tenaga
listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila,
molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap oleh biji tersebut.
Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air akan mudah diresap oleh
biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding terbalik dengan kecepatan
penyerapan air. Sehingga, perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya
intermolekul suatu media tanam. Selanjutnya,
setiap media tanam selalu memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apabila, media
tanam tersebut bertekstur pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis
ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun
memmiliki luas permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan
menyimpan air sangat rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang
kemudian, kecambah biji akan sulit bertumbuh karena kekurangan air (Khairultamimi,
2009).
2.3 Pengujian
Kadar Air Benih
Yang dimaksud kadar air benih,
ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan
sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap
berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air
dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut &
dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air
diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk
menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan
viabilitas benih tersebut (Ramadhan, 2009).
Kadar
air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mampengaruhi masa
hidupnya. Oleh karena benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk
segera dipanen atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera
dipanen. Cara lain yang mempengaruhi umur simpan benih adalah kerusakan akibat
proses penggunaan alat-alat mekanis.Meski sangat penting artinya untuk
menurunkan kadar air benih hingga ketingkat yang aman untuk disimpan, namun
bila kadar air terlalu kering juga dapat membahayakan benih. Benih yang sanagt
kering yang sangat peka terhadap kerusalkan mekanis serta pelukaan sampingan
lainya.kerusakan seperti ini dapat menyebabkan bagian penting benih mengalami
pecah atau retak pada bagian penting biji hingga benih tersebut peka terhadap
serangan cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya (Badaimadara, 2009).
Viabilitas
dari benih yang disimpan dengan kandungan air tinggi akan cepat sekali
mengalami kemunduran. Biji sangat mudah
menyerap air dari udara dan sekitarnya.
Biji akan menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan aiirnya
seimbang dengan udar di sekitarnya.
Kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang
mana akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga perombakan bahan
cadangan makanan dalam biji menjadi lebih besar (Rose, 2009).
2.4 Metode Pengujian Benih
Uji perkecambahan benih dapat dilakukan
di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan
media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas)
dan (UKDdp) (Uji Kertas digulung
didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya
menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya,
dapat berupa campuran atau tidak dicampur. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase
daya berkecambahnya. Persentase
daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan
perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu (Zhye, 2009).
Perkembangan kecambah
peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah dimulai
dari perkembangan sel pengangkut dalam procambium. Waktu perkembangan jaringan
pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji,
metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio.
Gerakan rangsangan tersebut nampaknya jatuh bersamaan dengan terjadinya
hubungan vascular antara sumbu dengan keping biji bertambah (Khairultamimi,
2009).
III. METODELOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum
Ilmu dan Teknologi Benih tentang Uji di atas kertas merang
(padi), Uji antar kertas (kacang dan jagung), UJi kertas di gulung (kedelai,
kacang dan Jagung) dan uji tanaman di pasir (kacang dan jagung). Dilaksanakan
di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Benih, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari kamis selama 3 pekan yaitu pada tanggal 24 Mei,
dan 25
Mei, serta 01 Juni 2012 pukul
14.00 WITA sampai selesai.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan Identifikasi Kecambah/Bibit Normal Dan
Abnormal adalah pedtridish, pinset, keranjang perkecambahan, alat
perkecambahan, alat pres kertas, sprayer. Pada percobaan Hubungan Tipe Perkecambahan dengan
Kedalaman Tanam adalah pedtridish, pinset, keranjang perkecambahan, alat
perkecambahan, alat pres kertas, sprayer. Pada percobaan
Pengujian Kadar Air Benih adalah petridish, pinset, cutter, pisau, oven,
timbangan analitik, cawan porselin, blender, moisture tester Dok 400. Pada
percobaan Metode Pengujian Benih adalah pedtridish,
pinset, cutter, pisau, oven, timbangan analitik, plastic, kertas merang, bak
perkecambahan, kapas, alat pengepres, alat pengecambah.
Bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu, benih jagung (Zea
mayz), kacang tanah (Arachis hypogea)
dan cabai (Capsicum annum L.).
3.3 Cara kerja
Langkah pertama percobaan Identifikasi Kecambah atau Bibit
Normal dan Abnormal yaitu mengambil masing-masing benih untuk dikecambahkan
sebanyak 50 biji, selajutnya mengecambahkan benih tersebut pada petridish yang
dilapisi kertas merang atau kapas yang sebelumnya menjenuhkan dengan air dan
telah dipres. Kemudian mengamati setiap hari dan bila kelihatan kering
menyemprotnya dengan air, lalu mengamati atau mengidentifikasi bibit normal dan
tidak normal serta membandingkan bentuk masing-masing benih berkecambah
tersebut. Selanjutnya, membuang
benih-benih yang berpenyakit dari kecambah agar tidak menular ke benih yang
lain, dengan memeriksanya setiap hari.
Langkah pertam percobaan Hubungan Tipe Perkecambahan dengan
Kedalaman Tanah yaitu menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya, mengecambahkan masing-masing 60 benih pada bak perkecambahan pasir
pada tingkat kedalaman berbeda. Kemudian mengecambahkan 20 biji pada kedalaman
1 cm, 20 biji pada kedalaman 2 cm, dan 20 biji pada kedalaman 3 cm.
Langkah pertama percobaan Pengujian Kadar Air benih yaitu menyiapkan semua alat dan bahan
yang akan digunakan. Selanjutnya, menimbang cawan porselin yang telah
dipanaskan terlebih dahulu, lalu menimbang benih sebanyak 10 g, kemudian
menghancurkan dengan menggunakan blender selama 1 menit, selanjutnya menimbang
cawan porselin yang terdapat benih dalam cawan tersebut. Kemudian memanaskan cawan yang berisi benih
tersebut dengan menggunakan oven selama 18 jam
pada temperatur 105oC.
Setelah pemanasan selesai, selanjutnya mendinginkan cawan tersebut
desikator selama 45 menit kemudian
menimbangnya lagi dan mencatat beratnya.
Sesudah penimbangan selesai, memanaskan lagi cawan yang berisi benih
tersebut dengan oven selama 15 menit dengan temperatur 105oC.
Kemudian, memasukkan kembali cawan yang berisi benih tersebut ke dalam
desikator untuk mendinginkannya, selanjutnya menimbang kembali cawan tersebut
dan mencatat beratnya.
Percobaan Pengujian Viabilitas Benih
dengan Test Tetrazolium langkah Subtract kertas (3-4 lembar) diletakan pada
alas petridish atau cawan plastik.
Basahi subtract, biarkan smpai air meresap. Kemudian air yang berlebih dibuang.
Selanjutnya tanamlah benih diatas lembar subtract dengan pinset, kemudian
letakan petridish yang telah ditanami benih tersebut dalam alat perkecambahan
benih.
Percobaan Metode Pengujian Benih
langkah pertama yaitu Menyiapkan subtract kertas berukuran 20 x 30 cm dan
plastic dengan ukuran yang sama, tanam benih diatas lembaran subtract yang
terlebih dahulu dibasahi, tutup subtract yang telah ditanami benih denagn
lembaran subtract lain dan digulung, kemudian meletakan dalam alat
perkecambahan benih
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan Dilaboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih Tentang Identifikas Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Jumlah Benih Yang Berkecambah Selama 7 Hari
Media Kecambah
|
Jenis Benih
|
∑ Benih Yang Dikecambahkan
|
Jumlah Benih Yang
Berkecambah/Hari Ke
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||
Cawan
Petri + Kertas Merang
|
Benih
Cabai
|
25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cawan
Petri + Kertas Merang
|
Benih
Jagung
|
25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada pengamatan Hubungan Tipe Perkecambahan
dengan Kedalaman Tanam, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hubungan
Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam
Jenis Tanaman
|
∑ Benih Yang Dikecambahkan
|
Kedalaman Tanam
|
∑ Benih Yang Berkecambah
|
Kacang Tanah
|
25
|
5 cm
|
25
|
jagung
|
25
|
10cm
|
-
|
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukanpada Pengamatan Pengujian Kadar Air Benih, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kadar Air Benih Bawang merah
dan Kacang
Tanah
Tanaman
|
Berat basah (gr)
|
Berat Kering (gr)
|
Kacang Tanah
|
10,36
|
9,12
|
Bawang Merah
|
10,06
|
2,47
|
Untuk menghitung kadar air pada biji kacang tanah
dapat digunakan
|
|
BB
= 10,36 – 9,12 x 100%
10,36
= 11,57 %
Kadar air bawang merah = BB –
BK x 100%
BB
=
10,06- 2,47 x 100 %
10,42
= 75,45 %
Tabel 4.
Pengamatan Uji Kecambah Kertas Di Gulung dengan Plastik
No
|
Kacang
|
Jagung
|
||
Berkecambah
|
Berjamur
|
Berkecambah
|
Berjamur
|
|
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Hari 7
|
0
0
32
0
2
6
0
|
0
0
2
1
0
3
0
|
0
0
25
4
2
4
0
|
0
0
0
4
8
3
0
|
Daya Berkecambah
Kekuatan
tumbuh atau daya kecambah dapat di ketahui dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
DB (%) = ∑ benih yang berkecambah
normal x 100%
∑ benih yang
dikecambahkan
|
50
= 70 %
DB kacang
= 40 X 100%
50
= 80 %
Waktu Berkecambah
Rata rata Hari berkecambah = N1T1 +
N2T2 + … + NiTi
Total Benih Berkecambah
= 0.1 + 0.2 + 32.3 + 0.4 + 2.5 + 6.6 +0.7
40
= 142
40
=
3,55
Indeks Vigor Hipotetik (IVH)
Data pengujian Indeks Vigor Hipotetik (IVH), dapat menggunakan persamaan
berikut:
IVH =
log N + log A + log H + log R + log G
log T
Dimana:
IVH = Indeks Vigor Bibit Hipotetik
N = Jumlah Daun (helai)
A = Luas Daun (cm2)
H = Tinggi Bibit (cm)
R = berat kering akar bibit (g)
G = Diameter batang (mm)
T = Umur Bibit (minggu)
Diketahui:
Pada
tanaman Coklat A
N
= 5 Helai
A
= 179,48 cm2
H
= 18,6 cm
R
= 0,11 gr
G
= 0,16 mm
T
= 6 minggu
Penyelesaian
IVH
= log N + log A + log H + log R
+ log G
log T
= log 5 + log 179,48 + 18,6 + 0,11 + 0,16
Log 6
=
0,69 + 2,25 + 1,27 + (- 0,95)+ -(0,79)
0,77
= 4,05
0,77
= 5,26
4.1
Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan pada percobaan 1 yaitu
identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal pada benih kacang tanah dan benih jagung yang dilakukan pada
kertas merang ditemukkan bahwa benih yang dikecambahkan pada kedua benih itu
yaitu 25. Pada benih jagung benih yang tumbuh normal pada hari ke 7 yaitu 35
dan benih yang tumbuh abnormal yaitu 50. Sedangkan benih kacang tanah yang
tumbuh normal pada hari ke 7 yaitu 40 dan benih yang tumbuh abnormal yaitu 50.
Dari
benih yang baik akan muncul kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak,
rendah kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau
abnormal. Kerusakan benih dapat terlihat nyata ( retak kulit, mengelupas atau
biji pecah ). Tapi kadang terlihat kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan
benih dapat diketahui setelah benih berkecambah abnormal (Kamil, 1979)
Daya tumbuh minimal bersertikat adalah 80% pada padi dan kedelai serta
90% untuk jagung. Pada benih bina adalah 60 %.Kecambah bibit abnormal adalah
bibit yang tidak mempunyai syarat sebagai bibit normal. Abnormalitas dapat
terjadi pada plamula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama
sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat juga plamula dan
akar tumbuh melingkar – lingkar ( spiral ). Pada legume abnormalitas berupa
tidak ada epikotil, hypocotil pendek, menjadi tebal atau belah, dan akar
terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk atau rusak (Kamil, 1979)
Biji
keras adalah biji yang tetap keras pada akhir jangka waktu pengujian yang
ditetapkan disebabkan kekerasan atau kekedapan kullitnya hingga tidak menyerap
air. Biji pedoman adalah biji hidup yang tidak tumbuah pada lingkungan yang
sesuai bagi pertumbuhannya tapi tidak termasuk biji keras (Edmondet al., 1975).
Perkecambahan
benih. Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode
uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas
digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca
umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media
lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur (Edmondet al., 1975).
Pada praktikum yang dilakukan pada percobaan 2 yaitu
hubungan tipe perkecambahan dengan kedalaman tanam pada tanaman kacang tanah
dan jagung yaitu benih yang dikecambakkan 25 pada kedua benih tersebut, dan
kedalaman tanamnya yaitu untuk kacang tanah 5 cm sedangkan untuk jagung yaitu
10 cm, dan benih yang hanya berkecambah itu terjadi pada benih kacang tanah 25
sedangkan pada jagung tidak ada.
Menurut
Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran
inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan
nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau
menghambat laju respirasi.
Menurut Sutopo
(2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti
dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon
dan plumula ke atas permukaan tanah. Sedangkan hipogeal adalah apabila terjadi
pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik
ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang
kapri (Pisum sativum).
Perkecambahan benih dapat diartikan
sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benuh yang sudah matang. Benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil
pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo,
2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Sutopo, 2002).
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan
benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan
benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang
menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Pada praktikum yang dilakukan pada percobaan 3 yaitu pengujian kadar air
benih, yang dilakukan pada tanaman kacang tanah dengan bawang merah dapat
ditentukan berat basah kacang tanah yaitu 10,36 dan bawang merah yaitu 10,06.
Dan berat kering kacang tanah yaitu 9,12 sedangkan bawang merah yaitu 2,47.
Setelah melakukan pengamatan maka dapat ditentukan kadar airnya dengan
menggunakan rumus, pada kacang tanah kadar airnya adalah 11,57 % sedangkan
bawang merah 75,45 %
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk
dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar
airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya
hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar
benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya
aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990)
Berat minimal contoh uji untuk analisa kadar air adalah 100 gram.
Dibungkus terpisah dari contoh benih untuk pengujian viabilitas. Untuk mencegah
terjadinya perubahan kadar air benih selama pengiriman ke laboratorium, maka
contoh benih harus dimasukkan ke dalam kantong aluminium, kaleng atau botol
yang tertutup rapat. Contoh harus segera dikirimkan dan analisa harus secepat
mungkin dikerjakan. Penentuan kadar air dikerjakan secara duplo. Perbedaan
hasil antar ulangan tidak boleh lebih besar dari 0,2%. Apabila didapati
perrbedaan hasil yang lebih besar maka analisa harus diulang kembali. (Sutopo,
1984)
Sebelum analisa dilakukan, contoh benih harus diaduk dengan menggunakan
alat pengaduk di dalam kaleng atau botol asalnya. Pengadukan dimaksudkan untuk
mendapatkan contoh uji yang homogen. Untuk benih-benih tertentu misal wortel
atau benih-benih yang banyak tercampur kotoran sukar diaduk dalam wadah
asalnya. Oleh karena itu harus diaduk di atas baki pencampur dan dikerjakan
secepatnya. Kadar air benih harus dilporkan beserta metode yang dipergunakan.
(Kamil, 1986)
Pada praktikum yang
dilakukan pada percobaan 4 yaitu metode pengujian benih, pada kertas yang
digulung dengan plastik pada tanaman kacang tanah dan jagung, yang dilakukan sampai hari ketujuh, maka
dapat ditentukan pada hari ke 3 kacang tanah berkecambah 32 dan berjamur 2
sedangkan bawang merah hari ke 3 berkecambah 25 dan berjamur pada hari ke 5
yaitu 8.
Pengujian benih sangat berperan penting,
terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang
dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau
unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan
berbagai produk. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas
benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen,
penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang
dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002).
Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih
dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan
hasil-hasil uji benih murni, benih tanaman lain dan atau varietas lain,
biji-bijian herba, serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya
masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan
gram (Kartasapoetra, 2003)
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.
Pada perkecambahan normal dan abnormal,
benih pada hari pertama masih mengalami interaksi lingkungan, tetapi pada hari
2-7 sudah mengalami proses perkecambahan
2.
pengujian kadar air
benih, yang dilakukan pada tanaman kacang tanah dengan bawang merah dapat
ditentukan berat basah kacang tanah yaitu 10,36 dan bawang merah yaitu 10,06.
Dan berat kering kacang tanah yaitu 9,12 sedangkan bawang merah yaitu 2,47.
3.
metode pengujian benih, pada kertas yang digulung dengan plastik pada
tanaman kacang tanah dan jagung, yang
dilakukan sampai hari ketujuh, maka dapat ditentukan pada hari ke 3 kacang
tanah berkecambah 32 dan berjamur 2 sedangkan bawang merah hari ke 3
berkecambah 25 dan berjamur pada hari ke 5 yaitu 8 dan Benih
yang akan disimpan sebaiknya memiliki kadungan air yang optimal.
5.2
Saran
Diharapkan pada praktikum
selanjutnya agar berjalan lebih baik lagi dengan menggunakan bahan praktikum
yang lebih bervariasi dan juga sebaiknya praktikum yang dilakukan berpedoman
pada modul yang sesuai dengan praktikum yang akan dilakukan, sehingga praktikan tidak kerepotan dalam hal
menjalankan praktikum dan penyusunan laporan dapat berjalan dengan baik dengan hasil praktikum yang maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Badaimadara, 2009. Analisis mutu benih. http://1-pengujian-benih.html. Diakses pada tanggal 17 juni 2012
Hasana,
M., S., 2008. Perbaikan mutu benih aneka
tanaman perkebunan melalui cara panen dan penanganan benih. Jurnal Litbang
Pertanian
Jusnaneni, 2009. Laporan Praktikum Ilmu dan teknologi Benih.
http://Laporan-1.Diakses pada tanggal 17 juni 2012
Kamil, J. 1982. Teknologi
Benih. Penerbit Angkasa, Bandung.
Kartasapoetra, A. G.
1989. Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum.
Bina Aksara, Jakarta.
Sutopo, L. 1988.
Tehnologi benih. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.
Sutopo,
L , 2009. Konsepsi Steinbauer-Sadjad
sebagai Landasan Pengembangan Matematika Benih di Indonesia. Orasi Ilmiah
Pengukuhar. Guru Besar IPB. Bogor.
Zhye, 2009. Pengujian Benih Dengan Kertas Merang. http://Blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 juni 2012
LAMPIRAN
Perkecambahan kacang
tanah
Perkecambahan jagung