Selasa, 10 Juli 2012


KATA PENGANTAR
           Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan .laporan lengkap ilmu dan teknologi benih yang menjadi syarat untuk menyelesaikan mata kuliah ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini baik  kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam pembelajaran mata kuliah teknologi benih. Dan saya  juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan  ini.
Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya laporan ini.


Palu , juni 2012

                                                                                                 Penulis






DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR                                                                                          
DAFTAR ISI 
I.  PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...3
     2.2 Tujuan dan Kegunaan……………………………………………………...4
II.  TINJAUAN PUSTAKA
     2.1  Identifikasi Kecambah/Bibit Normal Dan Abnormal…………………6
     2.2  Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam…………..8
     2.3  Pengujian Kadar Air Benih…………………………………………….9
     2.4 Metode Pengujian Benih……………………………………………….11
III.  METODOLOGI
     3.2  Alat dan Bahan…………………………………………………………12
     3.1  Tempat dan Waktu…………………………………………………….12
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
     4.1 Hasil…………………………………………………………………....15
     4.2 Pembahasan…………………………………………………………….19
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
     5.1 kesimpulan……………………………………………………………..23
     5.2 Saran……………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
        Dalam bidang pertanian sering mendengar istilah Benih atau Bibit.Pengertian bibit atau benih secara umum adalah jenis varietas tanaman yang di anggap bagus dengan criteria tertentu untuk di tanam serta bisa menghasilkan produksi yang baik di saat panen. Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda, kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa.
Benih adalah salah satu bagian yang kecil dari tanaman. Tetapi meskipun begitu, benih memiliki peran besar bagi tumbuhan. Tanpa adanya benih, kehidupan suatu tumbuhan tidak akan berlangsung. Benih merupakan bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan dengan sel gamet betina. Jika digunakan bukan untuk perbanyakan, maka disebut sebagai biji. Jadi secara fungsional, benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk perbanyakan, sedangkan secara struktural benih diartikan sebagai bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan dengan sel gamet betina (pembuahan) (Kurniawati, D., 2010).
Benih ialah cabang ilmu pertanian dalam arti lus yang mempelajari semua usaha memanifulasikan faktor-faktor alami dan hayati sehingga menghasilkan produksi tanaman yang maksimum dan lestari.  Agronomi dalam pengertian demikian akan ditemui di pot kembang, ruma kaca, pekarangan, kebun, sawah, hutan, ladang, baik pada media tanah, pasir, maupun air, bahkan udara.  Dengan variasi lahan yang begitu besar, kaidah agronomi pun diberlakukan meski itu ditujukan dalam agrostologi maupun silvikultur.  Dalam konteks agronomi yang demikian, ilmu benih tidak sebatas dengan apa spesies tanamannya, baik atas dasar stratifikasi siklus berproduksinya, melainkan pada wawasan segi subjeknya.  Ilmu benih mencakup segala ilmu yang relavan dengan perilaku benih, baik ketika masih dibentuk pada tanaman atau pohon induknya maupun ketika sudah ditangani atau disimpan setelah dipanen atau telah gugur dari pohon induknya (Elisa,  2009).
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih Tentang mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal, mengamati tipe perkecambahan benih dengan bagian-bagiannya dalam hubungannya kedalaman tanam, membandingkan pengujian kadar air benih secara langsung dengan menggunakan oven suhu tinngi (105oC) dan tidak langsung dengan moisture tester Dok 400, mahasiswa mengenal berbagai metode pengujian benih dengan metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat kertas merang dan metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat pasir/tanah.
Kegunaan dalam melakukan praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini adalah agar praktikan dapat mengidentifikasi susunan morfologis dan anatomi berbagai benih yang selanjutnya mengamati bentuk masing-masing perkecambahannya, dapat mengidentifikasi kecambah normal dan abnormal, dapat mengamati perkecambahan benih dengan bagian-bagian dalam hubungannya kedalaman tanam serta dapat membandingkan pengujian benih secara langsung dan tidak langsung.
















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Identifikasi Kecambah Normal Dan Abnormal
Benih yang baik akan muncul kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak, rendah kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau abnormal. Kerusakan benih dapat terlihat nyata ( retak kulit, mengelupas atau biji pecah ). Tapi kadang terlihat kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan benih dapat diketahui setelah benih berkecambah abnormal.  Daya tumbuh minimal bersertifikat adalah 80% pada padi dan kedelai serta 90% untuk jagung. Sedangkan pada benih bina adalah 60 %  (Zhye, 2009).
Kecambah bibit abnormal adalah bibit yang tidak mempunyai syarat sebagai bibit normal. Abnormalitas dapat terjadi pada plamula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat juga plamula dan akar tumbuh melingkar – lingkar ( spiral ). Pada legume abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hypocotil pendek, menjadi tebal atau belah, dan akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk atau rusak (Ross, 2009).
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan kecambah (Gilang, 2009).
Direktur jendral tanaman pangan ( 2005), menyatakan jika kecambah telah mencapai fase perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi berdasarkan struktur penting dan dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau abnormal. Terkadang di perlukan dua atau lebih perhitungan ulang secara berturut – turut, sebelum semua benih berkecaambah dan mencapai fase perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang, lemah, tidak seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir. Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal, peraturan ISTA memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang. Kecambah yang busuk atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan perhitungan antara, agar mengurangi resiko infeksi sekunder.
Untuk evaluasi perkecambahan dapat dibagi menjadi 4 katagori yang harus diperhatikan ( Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian, 2006 ), antara lain adalah sebagai berikut :  Kecambah normal, kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting yang berkembang dengan baik, seperti akar semi primer dan semi skunder terlihat jelas. Kecambah abnormal, kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecaambah normal. Yang tergolong kecambah tidak normal seperti, kecambah rusak, kecanbah cacat atau tidak seimbang, kecambah busuk dan kecambah lambat.


2.2  Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam
Menurut Ghoziyah (2009), baik pada monokotil maupun dikotil, perkecambahan dapat berjenis hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan tanah oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta skulentum tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu di dorong keatas oleh ruas ( internodus ) pertama, namun pada gandum pucuk terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas ( internodus ), kedua, ruas diatas nodus koleoptil.
Hubungan antara media tanam dengan kecepatan perkecambahan adalah: Daya intermolekul merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air.  Hal ini menyebabkan biji Kacng Hijau akan sulit untuk berkecambah karena media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban (Ghoziyah 2009)

Setiap media tanam selalu memiliki daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air akan mudah diresap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Sehingga, perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya intermolekul suatu media tanam.  Selanjutnya, setiap media tanam selalu memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apabila, media tanam tersebut bertekstur pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memmiliki luas permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian, kecambah biji akan sulit bertumbuh karena kekurangan air (Khairultamimi, 2009).
2.3  Pengujian Kadar Air Benih
Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Ramadhan, 2009).
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mampengaruhi masa hidupnya. Oleh karena benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Cara lain yang mempengaruhi umur simpan benih adalah kerusakan akibat proses penggunaan alat-alat mekanis.Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga ketingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air terlalu kering juga dapat membahayakan benih. Benih yang sanagt kering yang sangat peka terhadap kerusalkan mekanis serta pelukaan sampingan lainya.kerusakan seperti ini dapat menyebabkan bagian penting benih mengalami pecah atau retak pada bagian penting biji hingga benih tersebut peka terhadap serangan cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya (Badaimadara, 2009).
Viabilitas dari benih yang disimpan dengan kandungan air tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran.  Biji sangat mudah menyerap air dari udara dan sekitarnya.  Biji akan menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan aiirnya seimbang dengan udar di sekitarnya.  Kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang mana akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji menjadi lebih besar (Rose, 2009).




2.4 Metode Pengujian Benih
      Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan (UKDdp)    (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu (Zhye, 2009).
Perkembangan kecambah peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah dimulai dari perkembangan sel pengangkut dalam procambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut nampaknya jatuh bersamaan dengan terjadinya hubungan vascular antara sumbu dengan keping biji bertambah (Khairultamimi, 2009).



III.  METODELOGI

3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih tentang Uji di atas kertas merang (padi), Uji antar kertas (kacang dan jagung), UJi kertas di gulung (kedelai, kacang dan Jagung) dan uji tanaman di pasir (kacang dan jagung).  Dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.  Praktikum ini dilaksanakan pada  hari kamis  selama 3 pekan yaitu pada tanggal 24 Mei, dan  25  Mei, serta 01 Juni 2012 pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2  Alat dan Bahan
  Alat yang digunakan pada percobaan Identifikasi Kecambah/Bibit Normal Dan Abnormal adalah pedtridish, pinset, keranjang perkecambahan, alat perkecambahan, alat pres kertas, sprayer. Pada percobaan Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam adalah pedtridish, pinset, keranjang perkecambahan, alat perkecambahan, alat pres kertas, sprayer. Pada percobaan  Pengujian Kadar Air Benih adalah petridish, pinset, cutter, pisau, oven, timbangan analitik, cawan porselin, blender, moisture tester Dok 400. Pada percobaan  Metode Pengujian Benih adalah pedtridish, pinset, cutter, pisau, oven, timbangan analitik, plastic, kertas merang, bak perkecambahan, kapas, alat pengepres, alat pengecambah.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, benih jagung (Zea mayz), kacang tanah (Arachis hypogea) dan cabai (Capsicum annum L.).
3.3  Cara kerja
       Langkah pertama percobaan Identifikasi Kecambah atau Bibit Normal dan Abnormal yaitu mengambil masing-masing benih untuk dikecambahkan sebanyak 50 biji, selajutnya mengecambahkan benih tersebut pada petridish yang dilapisi kertas merang atau kapas yang sebelumnya menjenuhkan dengan air dan telah dipres. Kemudian mengamati setiap hari dan bila kelihatan kering menyemprotnya dengan air, lalu mengamati atau mengidentifikasi bibit normal dan tidak normal serta membandingkan bentuk masing-masing benih berkecambah tersebut.  Selanjutnya, membuang benih-benih yang berpenyakit dari kecambah agar tidak menular ke benih yang lain, dengan memeriksanya setiap hari.
        Langkah pertam percobaan Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanah yaitu menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya, mengecambahkan masing-masing 60 benih pada bak perkecambahan pasir pada tingkat kedalaman berbeda. Kemudian mengecambahkan 20 biji pada kedalaman 1 cm, 20 biji pada kedalaman 2 cm, dan 20 biji pada kedalaman 3 cm.      
        Langkah pertama percobaan Pengujian Kadar Air benih yaitu menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya, menimbang cawan porselin yang telah dipanaskan terlebih dahulu, lalu menimbang benih sebanyak 10 g, kemudian menghancurkan dengan menggunakan blender selama 1 menit, selanjutnya menimbang cawan porselin yang terdapat benih dalam cawan tersebut.  Kemudian memanaskan cawan yang berisi benih tersebut dengan menggunakan oven selama 18 jam  pada temperatur 105oC.  Setelah pemanasan selesai, selanjutnya mendinginkan cawan tersebut desikator selama 45  menit kemudian menimbangnya lagi dan mencatat beratnya.  Sesudah penimbangan selesai, memanaskan lagi cawan yang berisi benih tersebut dengan oven selama 15 menit dengan temperatur 105oC. Kemudian, memasukkan kembali cawan yang berisi benih tersebut ke dalam desikator untuk mendinginkannya, selanjutnya menimbang kembali cawan tersebut dan mencatat beratnya.
        Percobaan Pengujian Viabilitas Benih dengan Test Tetrazolium langkah Subtract kertas (3-4 lembar) diletakan pada alas petridish atau cawan plastik.   Basahi subtract, biarkan smpai air meresap.  Kemudian air yang berlebih dibuang. Selanjutnya tanamlah benih diatas lembar subtract dengan pinset, kemudian letakan petridish yang telah ditanami benih tersebut dalam alat perkecambahan benih.
        Percobaan Metode Pengujian Benih langkah pertama yaitu Menyiapkan subtract kertas berukuran 20 x 30 cm dan plastic dengan ukuran yang sama, tanam benih diatas lembaran subtract yang terlebih dahulu dibasahi, tutup subtract yang telah ditanami benih denagn lembaran subtract lain dan digulung, kemudian meletakan dalam alat perkecambahan benih




 IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan Dilaboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Tentang Identifikas Kecambah/Bibit Normal dan Abnormal maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Benih Yang Berkecambah Selama 7 Hari
Media Kecambah
Jenis Benih
Benih Yang Dikecambahkan
Jumlah Benih Yang Berkecambah/Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
Cawan Petri + Kertas Merang
Benih Cabai
25
-
-
-
-
-
-
-
Cawan Petri + Kertas Merang
Benih Jagung
25
-
-
-
-
-
-
-

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada pengamatan Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hubungan Tipe Perkecambahan dengan Kedalaman Tanam
Jenis Tanaman
Benih Yang Dikecambahkan
Kedalaman Tanam
Benih Yang Berkecambah
Kacang Tanah
25
5 cm
25
jagung
25
10cm
-

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukanpada Pengamatan Pengujian Kadar Air Benih, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.  Hasil Pengamatan Kadar Air Benih Bawang merah dan Kacang
               Tanah

Tanaman
Berat basah (gr)
Berat Kering (gr)
Kacang Tanah
10,36
9,12
Bawang Merah
10,06
2,47

Untuk menghitung kadar air pada biji kacang tanah dapat digunakan
x 100 %

 
Kadar Air kacang tanah    =
(%) =    
 
                                             BB – BK    
                                                        BB   
                                           =     10,36 – 9,12    x 100%
                                                 10,36                                                        
                                          =  11,57 %   
Kadar air bawang merah  =  BB – BK    x 100%
                                                  BB


                                         =  10,06- 2,47 x 100 %
                                                 10,42   
                                         =  75,45 % 


Tabel 4.   Pengamatan Uji Kecambah Kertas Di Gulung dengan Plastik
No
Kacang
Jagung
Berkecambah
Berjamur
Berkecambah
Berjamur
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Hari 7
0
0
32
0
2
6
0
0
0
2
1
0
3
0
0
0
25
4
2
4
0
0
0
0
4
8
3
0


Daya Berkecambah
Kekuatan tumbuh atau daya kecambah dapat di ketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DB (%)            = ∑ benih yang berkecambah normal  x 100%
                            ∑ benih yang dikecambahkan

x 100 %

 
DB Jagung       =    35     
                            50
                         =  70   %
DB  kacang     =  40   X 100%
                            50
                        =    80 %
Waktu Berkecambah
Rata rata Hari berkecambah = N1T1 + N2T2 + … + NiTi
                                                  Total Benih Berkecambah
                                             = 0.1 + 0.2 + 32.3 + 0.4 + 2.5 + 6.6 +0.7
                                                                            40       
                                             =  142
                                                  40
                                             = 3,55
Indeks Vigor Hipotetik (IVH)
Data pengujian Indeks Vigor Hipotetik (IVH), dapat menggunakan persamaan berikut:
IVH   =   log N + log A + log H + log R + log G
                                      log T
Dimana:
IVH = Indeks Vigor Bibit Hipotetik
      N = Jumlah Daun (helai)
A = Luas Daun (cm2)
H = Tinggi Bibit (cm)         
R = berat kering akar bibit (g)
G = Diameter batang (mm)
T = Umur Bibit (minggu)
Diketahui:
Pada tanaman Coklat A
N = 5 Helai
A = 179,48 cm2
H = 18,6 cm
R = 0,11 gr
G = 0,16 mm
T = 6 minggu
Penyelesaian

IVH   =   log N + log A + log H + log R + log G
                                      log T
                 =  log 5 + log 179,48 + 18,6 + 0,11 + 0,16
                                                Log 6
                 = 0,69 + 2,25 + 1,27 + (- 0,95)+ -(0,79)
                                                0,77
                 =  4,05
                   0,77    
               = 5,26





4.1 Pembahasan

Dari praktikum yang dilakukan pada percobaan 1 yaitu identifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal pada benih kacang  tanah dan benih jagung yang dilakukan pada kertas merang ditemukkan bahwa benih yang dikecambahkan pada kedua benih itu yaitu 25. Pada benih jagung benih yang tumbuh normal pada hari ke 7 yaitu 35 dan benih yang tumbuh abnormal yaitu 50. Sedangkan benih kacang tanah yang tumbuh normal pada hari ke 7 yaitu 40 dan benih yang tumbuh abnormal yaitu 50.
Dari benih yang baik akan muncul kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak, rendah kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau abnormal. Kerusakan benih dapat terlihat nyata ( retak kulit, mengelupas atau biji pecah ). Tapi kadang terlihat kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan benih dapat diketahui setelah benih berkecambah abnormal (Kamil, 1979)
Daya tumbuh minimal bersertikat adalah 80% pada padi dan kedelai serta 90% untuk jagung. Pada benih bina adalah 60 %.Kecambah bibit abnormal adalah bibit yang tidak mempunyai syarat sebagai bibit normal. Abnormalitas dapat terjadi pada plamula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat juga plamula dan akar tumbuh melingkar – lingkar ( spiral ). Pada legume abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hypocotil pendek, menjadi tebal atau belah, dan akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk atau rusak         (Kamil, 1979)
Biji keras adalah biji yang tetap keras pada akhir jangka waktu pengujian yang ditetapkan disebabkan kekerasan atau kekedapan kullitnya hingga tidak menyerap air. Biji pedoman adalah biji hidup yang tidak tumbuah pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhannya tapi tidak termasuk biji keras (Edmondet al., 1975).
Perkecambahan benih. Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur (Edmondet al., 1975).
Pada praktikum yang dilakukan pada percobaan 2 yaitu hubungan tipe perkecambahan dengan kedalaman tanam pada tanaman kacang tanah dan jagung yaitu benih yang dikecambakkan 25 pada kedua benih tersebut, dan kedalaman tanamnya yaitu untuk kacang tanah 5 cm sedangkan untuk jagung yaitu 10 cm, dan benih yang hanya berkecambah itu terjadi pada benih kacang tanah 25 sedangkan pada jagung tidak ada.
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Sedangkan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum).
Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benuh yang sudah matang.  Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Sutopo, 2002). 
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Pada praktikum yang dilakukan  pada percobaan 3 yaitu pengujian kadar air benih, yang dilakukan pada tanaman kacang tanah dengan bawang merah dapat ditentukan berat basah kacang tanah yaitu 10,36 dan bawang merah yaitu 10,06. Dan berat kering kacang tanah yaitu 9,12 sedangkan bawang merah yaitu 2,47. Setelah melakukan pengamatan maka dapat ditentukan kadar airnya dengan menggunakan rumus, pada kacang tanah kadar airnya adalah 11,57 % sedangkan bawang merah 75,45 %
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990)
Berat minimal contoh uji untuk analisa kadar air adalah 100 gram. Dibungkus terpisah dari contoh benih untuk pengujian viabilitas. Untuk mencegah terjadinya perubahan kadar air benih selama pengiriman ke laboratorium, maka contoh benih harus dimasukkan ke dalam kantong aluminium, kaleng atau botol yang tertutup rapat. Contoh harus segera dikirimkan dan analisa harus secepat mungkin dikerjakan. Penentuan kadar air dikerjakan secara duplo. Perbedaan hasil antar ulangan tidak boleh lebih besar dari 0,2%. Apabila didapati perrbedaan hasil yang lebih besar maka analisa harus diulang kembali. (Sutopo, 1984)
Sebelum analisa dilakukan, contoh benih harus diaduk dengan menggunakan alat pengaduk di dalam kaleng atau botol asalnya. Pengadukan dimaksudkan untuk mendapatkan contoh uji yang homogen. Untuk benih-benih tertentu misal wortel atau benih-benih yang banyak tercampur kotoran sukar diaduk dalam wadah asalnya. Oleh karena itu harus diaduk di atas baki pencampur dan dikerjakan secepatnya. Kadar air benih harus dilporkan beserta metode yang dipergunakan. (Kamil, 1986)
Pada praktikum yang dilakukan pada percobaan 4 yaitu metode pengujian benih, pada kertas yang digulung dengan plastik pada tanaman kacang tanah dan  jagung, yang dilakukan sampai hari ketujuh, maka dapat ditentukan pada hari ke 3 kacang tanah berkecambah 32 dan berjamur 2 sedangkan bawang merah hari ke 3 berkecambah 25 dan berjamur pada hari ke 5 yaitu 8.
Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002).
Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, benih tanaman lain dan atau varietas lain, biji-bijian herba, serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram (Kartasapoetra, 2003)







V.                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.      Pada perkecambahan normal dan abnormal, benih pada hari pertama masih mengalami interaksi lingkungan, tetapi pada hari 2-7 sudah mengalami proses perkecambahan
2.      pengujian kadar air benih, yang dilakukan pada tanaman kacang tanah dengan bawang merah dapat ditentukan berat basah kacang tanah yaitu 10,36 dan bawang merah yaitu 10,06. Dan berat kering kacang tanah yaitu 9,12 sedangkan bawang merah yaitu 2,47.
3.      metode pengujian benih, pada kertas yang digulung dengan plastik pada tanaman kacang tanah dan  jagung, yang dilakukan sampai hari ketujuh, maka dapat ditentukan pada hari ke 3 kacang tanah berkecambah 32 dan berjamur 2 sedangkan bawang merah hari ke 3 berkecambah 25 dan berjamur pada hari ke 5 yaitu 8 dan Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kadungan air yang optimal.
5.2         Saran
  Diharapkan pada praktikum selanjutnya agar berjalan lebih baik lagi dengan menggunakan bahan praktikum yang lebih bervariasi dan juga sebaiknya praktikum yang dilakukan berpedoman pada modul yang sesuai dengan praktikum yang akan dilakukan,  sehingga praktikan tidak kerepotan dalam hal menjalankan praktikum dan penyusunan laporan dapat berjalan dengan baik  dengan hasil praktikum yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Badaimadara, 2009. Analisis mutu benih. http://1-pengujian-benih.html. Diakses pada tanggal 17 juni 2012

Hasana, M., S., 2008. Perbaikan mutu benih aneka tanaman perkebunan melalui cara panen dan penanganan benih. Jurnal Litbang Pertanian

Jusnaneni, 2009. Laporan Praktikum Ilmu dan teknologi Benih. http://Laporan-1.Diakses pada tanggal 17 juni 2012
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Penerbit Angkasa, Bandung.
Kurniawati, D., 2010. Teknologi Benih. http://Blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 juni 2012
            Kartasapoetra, A. G. 1989. Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan  
                         Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.
Sutopo, L. 1988. Tehnologi benih. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.
Sutopo, L , 2009. Konsepsi Steinbauer-Sadjad sebagai Landasan Pengembangan Matematika Benih di Indonesia. Orasi Ilmiah Pengukuhar. Guru Besar IPB. Bogor.

Zhye, 2009. Pengujian Benih Dengan Kertas Merang. http://Blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 juni 2012












LAMPIRAN
Perkecambahan kacang tanah

 
Perkecambahan jagung